Selasa, 18 Oktober 2011

kesucian cinta

MENJAGA KESUCIAN CINTA

by Oase Qalbu on Friday, December 18, 2009 at 6:30pm
Ada seorang pemuda bernama Abdurrahman bin Ammar. Ia dikenal sebagai seorang pemuda yang ‘abid (ahli ibadah). Sangking rajinnya dalam hal ibadah, Abdurrahman dijuluki sebagai “pendeta”. Suatu hari, ketika tiba di Mekkah, ia melewati rumah seorang gadis yang sedang bernyanyi. Mendengar nyanyian sang gadis, Abdurrahman berhenti dan mendengarkan nyanyiannya secara seksama. Pembantu sang gadis memergoki Abdurrahman yang sedang asyik mendengar nyanyian sang gadis. Bukannya marah, pembantu itu malah mempersilahkan Abdurrahman masuk ke dalam rumah gadis itu. Abdurrahman menolaknya.
“Baiklah, kalau begitu. Duduklah Tuan di sebuah tempat, sehingga Tuan bisa mendengarkan nyanyiannya tanpa harus melihatnya,” kata pembantu itu menyarankan.
Abdurrahman menyetujui saran pembantu itu. Di sebuah tempat yang terlindung, Abdurrahman asyik menyimak nyanyian yang didendangkan oleh sang gadis. Makin lama mendengar, Abdurrahman makin terhanyut oleh kemerduan suara sang gadis. Hingga pembantu itu menghampiri Abdurrahman dan berkata, “Apakah Tuan berkenan jika saya mengatur agar ia bisa bertemu dengan Tuan?” kata pembantu sang gadis.
Abdurrahman tampak ragu-ragu, namun akhirnya ia memberikan jawaban yang mengisyaratkan persetujuannya.
Pada suatu hari yang telah ditentukan, mereka (Abdurrahman dan sang gadis) benar-benar bertemu. Nampaknya, pandangan pertama benar-benar mengesankan. Abdurrahman jatuh hati pada sang gadis, begitu juga sebaliknya. Akhirnya, tersiarlah kabar percintaan mereka ke segenap penjuru kota Mekkah. Hingga suatu hari, sang gadis mengungkapkan isi hatinya kepada Abdurrahman. “Sungguh, demi Allah, aku mencintaimu,” kata sang gadis.
“Demi Allah, aku pun begitu adanya,” kata Abdurrahman menimpali.
“Demi Allah, aku ingin sekali bibirku berpagutan dengan bibirmu,” kata sang gadis kemudian.
“Demi Allah, aku pun juga ingin melakukannya,” jawab Abdurrahman.
“Lalu mengapa engkau tidak segera melakukannya? Toh tempat ini sepi,” kata sang gadis.
“Celaka engkau! Sesungguhnya aku mendengar Allah telah berfirman, ‘Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa’. Demi Allah aku tidak ingin hubungan di antara kita di dunia ini akan berubah menjadi permusuhan pada hari kiamat.” Setelah berkata begitu, Abdurrahman segera beranjak pergi. Mata Abdurrahman basah. Abdurrahman meneteskan air mata karena cintanya yang begitu dalam kepada gadis itu.
Ya, Abdurrahman telah memberikan contoh bagaimana menjaga kesucian cinta. Meski cintanya kepada sang gadis begitu membara, Abdurrahman tidak ingin menodai cintanya dengan kemaksiatan. Mudah-mudahan kisah ini bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk kita semua. Amin.

*) Kisah ini dikutip dari buku "Oh, Indahnya Jatuh Cinta: Panduan Islami untuk Remaja Agar Cintanya Tak Berbuah Petaka" karya Badiatul Muchlisin Asti (Almawardi Prima, Jakarta, 2006).